top of page

Pewarta: Kevin Orkananda

Mundur sejenak di akhir Desember 2018. Sebuah laga penting tersaji di Stadion Maguwoharjo Sleman. Saat PSS Sleman bersua dengan Kalteng Putra pada leg kedua semifinal Liga 2 2018. Publik Sleman begitu antusias menghadapi laga tersebut.


Maklum, harapan besar untuk naik kasta dipertaruhkan di laga ini. Bermain imbang tanpa goal di laga sebelumnya, membuat peluang PSS Sleman untuk lolos ke Liga 1 terbuka lebar. Kemenangan menjadi jalan utama untuk Sang Super Elja mentas di kasta tertinggi.


Benar saja, PSS Sleman yang biasanya tampil perkasa di kandangnya sendiri kembali menunjukkan keperkasaannya. Dominasi permainan dan serangan cepat melalui kedua sisi sayap menjadi andalan tim tuan rumah.


Tidak butuh lama, melalui umpan lambung Amarzukih dari lapangan tengah, mampu disambut dengan matang oleh El Loco untuk membuka papan skor. PSS Sleman unggul atas Kalteng Putra hingga paruh babak pertama usai.


Sadar belum aman dengan keunggulan 1-0. PSS Sleman terus melakukan dominasi dan serangan seperti apa yang terjadi di babak pertama. Hasilnya, melalui set-piece dari sisi kiri lapangan, El Loco mencatatkan kembali namanya di papan skor setelah menerima umpan dari Aditya Putra Dewa.


Banyak peluang usai goal Christian Gonzales tercipta bagi kedua tim. Namun, skor 2-0 tetap bertahan hingga peluit panjang wasit dibunyikan. Praktis, dengan hasil ini mampu mengantarkan PSS Sleman ke Final Liga 1 bersua dengan Semen Padang, yang di laga lain mampu menaklukan Persita Tangerang.


Harapan dan impian seluruh insan sepakbola Sleman yang sudah lama diimpikan akhirnya terwujud di laga itu. Naik kasta dan tampil di strata tertinggi menjadi sesuatu yang sudah diidam idamkan sejak lama.


Euforia dan segala kebahagiaan tumpah ruah di seluruh sudut Stadion Maguwoharjo. Mulai sujud syukur hingga tangis bahagia menghiasi perayaan kembalinya Sang Super Elang Jawa ke kasta tertinggi Liga Indonesia.


Kebahagiaan di penghujung tahun 2018 terasa lengkap setelah PSS Sleman mampu promosi ke Liga 1 dengan status Juara Liga 2. Hasil ini ditorehkan setelah mampu mengungguli Semen Padang di Stadion Pakansari dengan skor 2-0. Rival Lastori dan El Loco menjadi pencetak goal di final.


Kini, sang super elja telah tampil di kasta teratas, Liga 1. Penampilan apiknya membuat anak asuh Seto Nurdiyantoro bertengger di papan tengah klasemen. Menjadi juara Liga 2 dan tampil di liga 1 bukan berarti tantangan dan perjuangan usai begitu saja. Justru, PSS Sleman masih mempunyai kewajiban untuk bertahan di Liga 1. Jadi, mampukah sang Super Elja bertahan di Liga 1 tidak sekadar numpang lewat?

 
 
 

Pewarta: Agung Baskara


Sejarah panjang BCS tidak lepas dari ke-totalan pembentuk-pembentuknya. Tanpa adanya rasa cinta dan dedikasi mungkin BCS hari ini yang ada tinggalah nama, yang kita kenang sebagai sejarah. Namun hal itu tidak terjadi, Batak Jore adalah Capotifo yang sampai saat ini masih mendedikasikan seluruh hidupnya untuk BCS X PSS.


Capotifo atau sering disebut drijen tribun, adalah seorang yang memberikan arahan kepada suporter untuk menyanyikan chants / lagu suporter yang membakar semangat pemain. Tulisan ini sepenuhnya akan membahas seorang Capo yang mendedikasikan hidupnya untuk membakar semangat pemain PSS Sleman melalui chants yang lantang ia suarakan.


Seorang yang masih setia sampai saat ini menemani PSS dimanapun mereka berlaga, tak pandang dekat atau jauh, tak peduli hujan panas, dan tak peduli kondisi PSS seperti apa. Ibarat kata “Susah seneng songgo bareng” artinya kurang lebih disaat susah ataupun senang kita rasakan sama-sama, disaat PSS susah kita dukung, disaat PSS naik keatas kita berhak ikut bangga.


Dari dahulu, ketika nama BCS masih belum sebesar saat ini. Dari dahulu, tak banyak orang yang mengenal Batak Jore, hingga saat ini siapa yang tak kenal BCS, siapa suporter PSS Sleman yang jumlahnya ribuan orang yang tak kenal dengan seorang Batak Jore. Beruntung ketika BCS memiliki seorang dirigen lapangan yang memiliki jiwa yang “andhap ashor” tidak jumawa, tidak sombong akan predikat positif yang disandang oleh BCS saat ini.

Pernah saat itu seorang Batak Jore berorasi di depan ribuan Sleman Fans yang melakukan away tepatnya di Karawang, Jawa Barat, ia meminta kepada seluruh Sleman Fans untuk merenung dan membayangkan perasaan Suporter Persebaya Surabaya yang lebih dari 5 tahun tidak pernah melihat tim kebangaannya berlaga, kurang lebih begini orasi Batak Jore kala itu, “Teman- teman Sleman Fans kita semua ini berbondong bondong kesini untuk mendukung PSS Sleman, tapi disisi lain coba teman teman kalian renungkan coba kalian bayangkan saudara kita yang ada di Surabaya, para suporter Persebaya, coba kalian pikir kalian renungkan, mereka lebih dari 5 tahun tidak bisa melihat secara langsung tim kebanggaannya, coba kalian pikir apa yang mereka rasakan mereka itu kita rasakan sekarang, coba bayangkan rasanya bagaimana perasaanmu”, sungguh orasi yang menyentuh nadi untuk membuktikan sebuah solidaritas yang tinggi kepada supoter yang sedang dilanda ketidaknyamanan saat itu.


Sebuah keputusan yang besar diambil oleh Batak Jore saat itu, berani mem-boycott pertandingan yang dilakukan di Stadion Singa Perbangsa, langkah yang menurut penulis adalah langkah besar dalam menjalin persaudaraan dengan suporter lain, khususnya saat itu adalah suporter Persebaya Surabaya yang dikenal dengan Bonek. Tidak ada yang tau pasti apa dampak dari boycott saat itu, tapi saat ini Supporter Persebaya alias Bonek telah bisa melihat lagi tim kebanggaannya secara langsung dimanapun dan kapanpun itu.


Benar kata orang, ibarat cinta yang disertai dedikasi dan dibarengi dengan aksi adalah ibarat mimpi yang sudah sirestui Tuhan. Harapan Sleman Fans tak terkecuali BCS saat ini telah tercapai, angan-angan yang sejak dahulu ada kini telah ter-realisasikan. PSS sudah naik kasta bermain di liga utama Indonesia, BCS semakin dewasa, Batak Jore adalah salah satu Sleman Fans yang berhak untuk bangga.

 
 
 

Pewarta: Kevin Orkananda

Sempat melakukan start apik hingga putaran pertama berakhir, belakangan ini performa PS Tira Kabo dipertanyakan. Bagaimana tidak, setelah sempat bertengger di puncak klasemen Liga 1 2019, kini The Warriors tercecer hingga peringkat ke-10. Bahkan, dalam 10 pertandingan yang telah dijalani, Tira Kabo sama sekali belum menuai kemenangan sama sekali.


Kapabilitas seorang Rahmad Darmawan sebenarnya sudah tak lagi diragukan oleh pecinta sepakbola nasional. Apalagi, RD (sapaan akrab Rahmad Darmawan) dinilai sebagai pelatih yang kaya akan taktik dan cermat dalam menentukan pemain.


Lantas apa yang membuat performa Tira Kabo mengalami kemerosotan? Rahmad Darmawan sebenarnya tidak banyak melakukan perubahan pola permainan di putaran kedua. Pakem permainan 4-4-2 dengan memanfaatkan kecepatan kedua sisi sayap dan duet penyerang menjadi andalan dari coach Rahmad Darmawan.


Hanya saja ada persoalan yang dihadapi oleh coach RD . kehilangan sejumlah pemain pilar akibat cedera dan tim nasional jadi indikator menurunnya performa tim yang bermarkas di stadion Pakansari ini. Selain itu, inkonsistensi permainan yang terjadi dalam tim Tira Kabo semakin memperparah keadaan yang dialami oleh Abduh Lestaluhu dkk.


Ketika International Break berlangsung dan jadwal Liga 1 tetap diputar, Tira Kabo otomatis kehilangan pilarnya hampir di semua lini. Sejumlah pemain seperti Angga Saputra, Andi Setyo, Manahati Lestusen, Khursed Beknazarov, hingga Osas Saha harus meninggalkan tim untuk membela tim nasional saat kalender FIFA berlangsung. Di sinilah celah yang dimiliki oleh Tira Kabo. Kualitas para pemain pelapis dinilai belum setara dalam menggantikan peran pemain utama yang harus absen ketika membela tim nasional.


Hal itu terpampang nyata bagi Tira Kabo, setelah Loris Arnaud yang harus menyudahi musim lebih cepat akibat cedera dan Osas Saha yang dipanggil memperkuat tim nasional Indonesia, Tira Kabo hanya menyisakan Ciro Alves di lini depan.


Biasanya, Loris Arnaud berduet dengan Ciro Alves ataupun Osas Saha secara bergantian. Kecepatan permainan dan umpan umpan manja dari Ciro maupun Osas jadi penopang bagi Loris Arnaud untuk mencetak gol. Tidak hanya itu, Loris Arnaud juga kadang menjadi pembuka ruang bagi Ciro maupun Osas untuk menciptakan peluang untuk menjadi goal.


Hilangnya Loris dan Osas di lini depan Tira Kabo jadi problem tersendiri bagi Tira Kabo. Ciro Alves seperti bermain sendirian setelah kehilangan duetnya di lini depan. Meskipun masih memiliki Dimas Drajad dan Sansan Husaeni di lini depan. Kualitas keduanya dinilai masih belum setara dengan Osas dan Loris. Otomatis, lini serang The Warriors menjadi kurang optimal.


Akhirnya Rahmad Darmawan memilih mendorong Wawan Febriyanto untuk bermain lebih kedepan. Secara kualitas, naluri penyerang Wawan memang tak perlu diragukan lagi. Hanya saja, Wawan biasanya bermain di sisi sayap dan lebih melebar ketika bermain. Sebuah tipe permainan yang berbeda dengan Loris Arnaud yang bertipe seorang finisher.


Keadaan seperti itu juga terjadi di lini belakang Tira Kabo. Pemain kunci di lini pertahanan seperti Andi Setyo, Rifad Marassabesy, Manahati Lestusen, Kursed BekNazarov, dan juga Abduh Lestaluhu harus absen membela tim nasionalnya masing-masing.


Rahmad Darmawan pun akhirnya memilih pemain pelapis untuk mengisi back four untuk lini belakangnya. Vava Mario Yagalo coba diduetkan dengan pemain naturalisasi Zobairou Garda di posisi bek tengah. Sedangkan Roni Sugeng dan Herwin Tri Saputra dipilih untuk mengisi pos bek sayap. Permainan mereka sebenarnya bisa dibilang tidak terlalu buruk. Hanya saja kelengahan yang kerap kali terjadi membuat permainan Tira Kabo jadi tak konsisten. Bahkan, masih seringkali terjadi salah paham dan kesalahan yang dilakukan para pemain yang kemudian dimanfaatkan oleh lawan, contohnya saat menjamu PSIS Semarang beberapa hari yang lalu.


Kondisi ini membuat Tira Kabo yang awalnya dijagokan dalam perburuan gelar Liga 1, kemudian perlahan lahan turun posisi hingga terlempar dari persaingan juara Liga 1. Bahkan, Tira Kabo awalnya mencetak rekor unbeaten atau tanpa kekalahan sebanyak 13 laga. Tapi sekarang, anak asuhan Rahmad Darmawan mendekati rekor 17 laga tanpa kemenangan milik Persegres Gresik United, setelah menjalani 13 laga tanpa kemenangan.


Harus ada pembenahan koordinasi permainan dan peningkatan motivasi pemain menjadi pilihan Rahmad Darmawan sembari menunggu para pemain kunci kembali dari tim nasional.


Kondisi ini harus segera dibenahi oleh coach RD, jika tidak, sang juara paruh musim Liga 1 2019 dapat terus terseok-seok, bahkan mendekati zona degradasi. Sebuah cerita yang mungkin tak diinginkan oleh pelatih sekelas Rahmad Darmawan.

 
 
 

SUSUNAN REDAKSI

riyanga.JPG
DSC04006.JPG
DSC_1464.JPG
alpha.JPG
IMG_0655.JPG
rewo.jpg

Riyangga Aditya

Pimpinan Redaksi

Pewarta

Kevin Orkananda

Editor

Pewarta

Kevin Sambowo

Layouter

Pewarta

Alpha Sapa

Layouter

Pewarta

Agung Baskara

Pewarta

Ahmad Jihad

Pewarta

2019 POINTIGA

TEMUKAN KAMI

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
location-pin-compact-outline.png

Gedung Ahmad Yani, Lantai 1 dan 2, Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta.

email-logo-png-27.png
whatsapp.png

+6287739200381

bottom of page