Impian Macan Putih Ulangi Memori Manis di Liga Indonesia
- pointigaid
- Nov 22, 2019
- 3 min read
Updated: Nov 25, 2019
Pewarta: Kevin Orkananda
Berstatus sebagai tim promosi, tidak mengecilkan tekad Persik Kediri untuk mengarungi persaingan keras di Liga 2 2019. Materi pemain yang mayoritas adalah pemain yang membawa mereka promosi ke liga 2, tidak membuat mereka gentar. Persik Kediri justru tampil bagaikan kuda hitam. Berada di grup wilayah timur bersama tim tim besar lainnya seperti, Persis Solo, Mitra Kukar, dan PSIM Yogyakarta, tim macan putih (julukan Persik) tetap mampu bertengger di papan atas klasemen grup wilayah timur Liga 2 2019.
Banyak diperkuat oleh sejumlah pemain muda potensial seperti, Risna Prahalabenta, Dodi Alex Vandjin dan juga Septian Bagaskara jadi kunci sukses Persik Kediri untuk mengarungi musim ini. Apalagi, nama terakhir jadi mesin gol bagi Persik sejak berkiprah di Liga 3 musim lalu. Selain itu, permainan cepat yang diterapkan oleh Budiharjo Thalib seakan menyatu dengan para pemain. Perpaduan serasi tersebut yang membawa Persik Kediri terus melaju hingga babak semifinal Liga 2 2019.
Jatuh Bangun Persik Kediri
Ada waktu dimana Persik Kediri menjadi tim yang disegani di persepakbolaan Indonesia. Masa dimana mereka mampu merengkuh gelar juara kasta tertinggi sepakbola Indonesia sekaligus jadi wakil Indonesia di kompetisi kancah Asia.
Tidak hanya timnya saja yang disegani, begitu pula dari sektor pemain. Banyak pemain pemain kelas atas baik pemain lokal maupun asing pernah merumput berseragam ungu khas Persik Kediri. Macan putih pun juga tidak pernah absen menyumbangkan para pemainnya untuk timnas Indonesia.
Rasanya tidak sulit untuk mengingat siapa saja yang pernah membela Persik Kediri. Mulai dari pemain asing kenamaan seperti, Danilo Fernando, Ronald, Fagundez, hingga legenda hidup sepakbola Indonesia, Christian “EL Loco” Gonzales pernah membela Persik Kediri. Ketiganya saat itu bahu membahu bersama mengantarkan Persik Kediri ke singgasana juara liga Indonesia tahun 2006.
Sedangkan, untuk pemain lokal yang pernah membela Persik, juga tak kalah mentereng. Nama-nama seperti Markus “Haris” Maulana, Saktiawan Sinaga, Harianto, Khusnul Yuli, Hamka Hamzah, hingga Budi Sudarsono pernah bergantian berseragam ungu Persik Kediri. Semua sosok di atas merupakan pemain yang juga pernah bermain bagi tim nasional Indonesia. Bahkan, Budi Sudarsono masuk dalam jajaran pencetak gol terbanyak bagi tim nasional Indonesia.
Prestasi tertinggi yang pernah ditorehkan oleh Persik Kediri dalam persepakbolaan nasional adalah ketika menjuarai Divisi Utama 2003 dan Liga Indonesia 2006. Keberhasilan mereka menjuarai Divisi Utama 2003 bisa dikatakan cukup fantastis, pasalnya mereka baru saja promosi dari Divisi Satu 2002 pada musim sebelumnya.
Sebuah kenangan manis yang sampai hari ini masih terekam jelas dalam ingatan pecinta sepakbola Indonesia. Khususnya bagi masyarakat Kediri.
Namun, semuanya seakan berubah setelah musim 2008/2009 ketika Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13/2006 terbit. Peraturan itu melarang penggunaan APBD untuk sepak bola. Kondisi tersebut membuat Persik Kediri bak tim pesakitan dalam menjalani kompetisi liga Indonesia.
Pengurus Persik Kediri sebenarnya sudah mencoba untuk meminta dispensasi dalam pemakaian kas daerah kepada pemerintah pusat. Namun, upaya itu kandas, Persik harus berlaku seperti lembaga lain yang tak bisa mengakses APBD secara langsung. Semua pintu dana olahraga dikucurkan melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dalam jumlah terbatas.
Kemudian, satu per satu pemain bintang Persik Kediri dilepas. Manajemen tak lagi mampu mengontrak mereka dengan harga ideal. Keadaan ini kemudian membuat prestasi Macan Putih jeblok perlahan-lahan.
Puncaknya, juara umum Liga Indonesia dua kali ini harus menerima kenyataan pahit. Persik terdegradasi ke divisi utama pada akhir musim kompetisi Liga Super 2009-2010. PT Liga menyatakan Persik tak lolos verifikasi karena mengalami defisit keuangan.
Bahkan, mereka sempat terdegradasi ke Liga 3 Indonesia pada tahun 2017 dengan menyisakan berbagai permasalahan. Tunggakan gaji dan ancaman pengurangan poin bahkan mengancam mereka sebelum mereka memulai kompetisi.
Namun, keberuntungan seperti berpihak kepada Persik Kediri. Ditengah penghematan dan pemanfaatan talenta lokal untuk berkompetisi di Liga 3 2018, Persik Kediri tetap mampu berbicara banyak di kompetisi tersebut. Sejumlah talenta lokal potensial ternyata berhasil membawa Persik Kediri juara di Liga 3 2018 sekaligus mengamankan tiket promosi ke Liga 2.
Secercah harapan kembali muncul musim ini bagi Persik Kediri. Skuat asuhan Budiharjo Thalib terus bermain apik hingga sampai babak 8 besar dan menembus semifinal tanpa mengalami kekalahan sekalipun.
Hari ini, pukul 19.00 WITA, menjadi waktu yang ditunggu tunggu bagi Persik Kediri maupun masyarakat Kediri. Nasib Macan Putih bakal terjawab di laga semifinal. Apabila di semifinal gagal, Persik Kediri masih memiliki kesempatan terakhir di perebutan tempat ketiga Liga 2 2019. Dua partai itulah yang kelak akan menghadirkan tawa ataupun tangis bagi para pecinta Persik Kediri.
Mimpi untuk mengulang memori manis 17 tahun silam sekaligus upaya streak promotion yang coba diwujudkan oleh pelatih Budiharjo Thalib tinggal selangkah lagi, mampukah Septian Bagaskara dan kawan kawan mengulanginya?
Kevin Orkananda
Comments