- pointigaid
- Dec 3, 2019
- 3 min read
Pewarta: Ahmad Jihad

Musim 2019 Liga 1 dijalani dengan apik oleh PSS Sleman. Bahkan pada tengah musim mampu finish pada peringkat tengah-atas. Mengumpulkan 24 poin dari 17 pertandingan membuat anak asuhan Seto Nurdiyantoro berada di posisi 7 klasmen tengah musim.
Namun performa itu kian menurun seiring berjalannya Liga 1. Kini skuat Elang Jawa seperti kehilangan keseimbangan. Terbukti dari 5 pertandingan yang dilakoni PSS mereka hanya mampu memenangkan 1 pertandingan, 3 kali kalah, dan sekali imbang. Tiga dari lima pertandingan tersebut dimainkan di depan publiknya sendiri di Stadion Maguwoharjo. Meski memang rekor tim berseragam hijau-hijau saat bermain di kandang sendiri tidaklah cemerlang.
Untuk mencapai target bertahan yang ditetapkan oleh manajemen klub, PSS dapat dikatakan belum aman. Saat tulisan ini diturunkan pada pekan 29, PSS masih memiliki selisih 10 poin dengan zona degradasi. Dengan 5 pertandingan tersisa tentu PSS harus meraih hasil positif untuk memastikan posisinya di Liga 1 musim depan. Seto sendiri mengatakan dirinya mengincar minimal tiga poin untuk mengamankan posisinya di Liga 1.
Penulis beranggapan ada beberapa hal, baik teknis maupun non-teknis, yang menjadikan menurunnya performa skuat asuhan Seto Nurdiyantoro.
Hal pertama adalah kejenuhan dan kelelahan yang dialami tim PSS Sleman. Coach Seto pun mengakui bahwa ada kejenuhan di dalam skuat asuhannya. Selain jenuh, Seto juga mengakui adanya faktor kelelahan atas tren negatif yang dialami timnya.
Faktor kedua adalah hilangnya sosok seorang Brian Ferreira di lapangan tengah. Semenjak cederanya Brian Ferreira pada pertandingan kontra Persija Jakarta (24/10) PSS nampak kehilangan pengatur permainan dan serangannya. Sejak awal musim hingga cedera pada pertandingan ke-24, Brian hanya absen sebanyak 3 kali. Dari 21 pertandingan 20 diantaranya dilakoni sejak menit awal. Pemain berpaspor Irak ini mencatatkan 9 gol 5 assist dalam pertandingan yang dilakoninya.
Lima pertandingan terakhir PSS dilakoni tanpa kehadiran Brian, dari lima pertandingan tersebut hanya satu kemenangan dan satu seri yang didapatkan skuat Elang Jawa. Dave Mustaine dan Jefri Kurniawan belum dapat menggantikan peran Brian. Sebagai jendral lapangan tengah, pria asli Argentina tersebut tidak hanya mendistribusikan bola kepada trisula serangan PSS yang diujungtombaki oleh Yevhen Bokashvili, Brian juga mampu melakukan skill-skill individu dan fisik yang lebih dari pemain lokal untuk menerobos pertahanan lawan. Selain itu ketika tim mengalami kebuntuan dalam menyerang, tembakan jarak jauhnya mampu menjadi senjata ampuh menembus pertahanan lawan yang rapat.
Meski bursa transfer sudah tertutup, adalah pekerjaan rumah bagi manajemen dan staf pelatih untuk menemukan pemain yang memiliki teknik, fisik, dan tipe permainan seperti Brian. Apalagi jika Laskar Sembada menargetkan posisi lebih tinggi pada musim selanjutnya.
Faktor terakhir menurut penulis adalah hubungan yang kurang baik antara suporter dengan manajemen. Meski tidak berdampak langsung pada pemain, namun faktor non-teknis ini memberikan atmosfer yang kurang baik pada pertandingan-pertandingan yang dilakoni Elang Jawa di kandangnya sendiri.
Dukungan suporter tentu membantu memberikan motivasi tersendiri bagi para pemain. Namun, dukungan yang diberikan oleh Brigata Curva Sud (BCS, kelompok suporter PSS terbesar saat ini), tidak terlihat pada laga kontra Borneo FC (20/11). Pada laga itu BCS melakukan boikot terhadap klub dikarenakan penangkapan salah satu anggotanya, yang disinyalir dikarenakan kritik terhadap pemilik klub. Laga malam itu dimenangkan oleh Borneo FC dengan skor 0-1.
Selain dukungan moral, dukungan finansial suporter juga diperlukan oleh klub. PSS Sleman sebagai klub yang penghasilannya masih sedikit banyak bergantung pada tiket tentu memerlukan pemasukan dari para suporter. Apabila hal ini terus berlanjut maka pendapatan riil dari target yang telah diproyeksikan oleh klub akan menurun. Dampak yang dihasilkan bisa mengganggu pembayaran gaji pemain dan staf pelatih, hal ini tentu mengganggu performa di lapangan hijau.
Faktor-faktor di atas menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen yang ada di klub, butuh sinergi antara seluruhnya untuk mengatasi permasalahan yang menyelimuti Laskar Sembada. Di sisi lain pelatih PSS, Seto Nurdiyantoro, adalah pelatih muda yang dinilai memiliki potensi. Tentu akan menarik melihat apa yang Coach Seto akan lakukan di sisa pertandingan Liga 1 untuk bertahan.